WELCOME TO BLOG MERANTI NASYID CENTER...

Selasa, 07 Juni 2011

Keutamaan Dakwah lallah

Dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu’anhu, suatu ketika dalam peperangan Khaibar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, aku akan memberikan bendera ini kepada seorang pria yang melalui kedua tangannya Allah akan memberikan kemenangan, dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.” Sahl berkata: Maka di malam harinya orang-orang pun membicarakan siapakah kira-kira di antara mereka yang akan diberikan bendera itu. Sahl berkata: Ketika pagi harinya, orang-orang hadir dalam majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Masing-masing dari mereka sangat mengharapkan untuk menjadi orang yang diberikan bendera itu. Kemudian, Nabi bersabda, “Dimanakah Ali bin Abi Thalib?”. Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, dia sedang menderita sakit di kedua matanya.” Sahl berkata: Mereka pun diperintahkan untuk menjemputnya. Kemudian, dia pun didatangkan lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meludahi kedua matanya dan mendoakan kesembuhan baginya maka sembuhlah ia. Sampai-sampai seolah-olah tidak menderita sakit sama sekali sebelumnya. Maka beliau pun memberikan bendera itu kepadanya. Ali berkata, “Wahai Rasulullah, apakah saya harus memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita?”. Beliau menjawab, “Berjalanlah dengan tenang, sampai kamu tiba di sekitar wilayah mereka. Lalu serulah mereka untuk masuk Islam dan kabarkan kepada mereka hak Allah yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, apabila Allah menunjuki seorang saja melalui dakwahmu itu lebih baik bagimu daripada kamu memiliki onta-onta merah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tentang perawi hadits :
Sahl bin Sa’ad bin Malik bin Khalid Al Anshari Al Khadzraji As Sa’idi Abul ‘Abbas, beliau dan ayah beliau merupakan shahabat yang masyhur, banyak dikenal. Meninggal pada tahun 88 H, ada yang mengatakan setelah tahun tersebut, ada pula yang mengatakan pada tahun 100 H.

Penjelasan Hadits :
1.       Keutamaan ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, yaitu bahwasanya Rasul shallallaahu ‘alaihi wa sallam mempersaksikannya sebagai seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Ahlus sunnah meyakini keutamaan ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, juga para ahlul bait yang beriman dan beramal shalih, begitu pula dengan shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya dan istri-istri beliau, tanpa bersikap ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap mereka (juga tanpa bersikap meremehkan kedudukan mereka –pent).
2.       Hadits tersebut mengandung dua pertanda nubuwwah bagi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yaitu :
Pertama, kejadian yang menimpa ‘Ali bin Abi Thalib pada hari tersebut, yaitu sakitnya kedua mata beliau. Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam meludahi kedua matanya dan, dengan izin Allah, penyakit tersebut hilang seketika.
Kedua, berita dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya Allah akan memenangkan mereka dengan kedua tangan-Nya, maka benar-benar kaum muslimin dimenangkan oleh Allah Ta’ala. Padahal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui hal ghaib, akan tetapi Allah-lah yang membukakan beberapa hal ghaib kepada beliau. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun kemudian memberitakan hal tersebut.
3.       Jihad merupakan bagian dari syari’at Islam, dalam rangka menolong agama dan dakwah kepada Islam. Disyariatkan untuk berdakwah terlebih dahulu sebelum memulai jihad, apabila mereka kemudian pasrah dan masuk Islam, maka tujuan jihad telah tercapai. Namun apabila mereka enggan masuk Islam, diambillah jizyah. Apabila mereka masih juga enggan untuk membayar jizyah, maka kaum muslimin memohon pertolongan kepada Rabbnya dan memerangi mereka. Adapun jika dakwah Islam telah sampai namun mereka tidak konsisten menerimanya, bahkan mengumpulkan pasukan untuk memerangi kaum muslimin, maka mereka pun diperangi. Sebagaimana penyerbuan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam atas Bani Musthaliq.
4.       Hadits ini menjelaskan keutamaan dakwah kepada Allah Ta’ala, yaitu bahwasanya menunjuki seseorang kepada Islam jauh lebih baik pahalanya daripada harta dan perbendaharaan dunia yang paling baik sekalipun, yang dalam hadits tersebut diungkapkan dengan unta merah. Hal ini dikarenakan kenikmatan dunia adalah fana, sedangkan apa yang ada di sisi Allah kekal dan tidak fana lagi habis.
5.       Hidayah terbagi menjadi dua, yaitu hidayah mutsbitah, yaitu yang ditetapkan dan dapat diberikan oleh makhluq, dan hidayah manfiyyah, yang tidak bisa diberikan oleh makhluq.
Pertama, hidayah yang ditetapkan dapat diberikan oleh makhluq ialah hidayah irsyad wa ad-dalalah, bimbingan dan petunjuk. Penjelasan mengenai hal ini terdapat dalam firman-Nya, “Dan sesungguhnya engkau wahai Muhammad, benar-benar dapat menunjuki mereka menuju jalan yang lurus”, yaitu dalam hal menunjuki dan membimbing mereka. Hal ini mengikuti teladan dari Rasul, para pewarisnya dari kalangan ulama, yang mereka senantiasa membimbing dan menjelaskan pada manusia hukum-hukum agama dan mengajak manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Kedua, hidayah taufiq dan ilham, inilah yang hanya dimiliki oleh Allah Ta’ala, tidak ada seorang makhluqpun yang memilikinya. Sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya engkau wahai Muhammad, tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang Ia kehendaki”.
6.       Keutamaan dakwah ilallah amatlah banyak, tersebutkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah, diantaranya :
a.     Dakwah merupakan salah satu ciri yang hakiki bagi siapa saja yang mengaku mengikuti Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik” (QS. Yusuf : 108). Ibnul Qoyyim berkata, “Mengenai ayat, ‘Aku dan orang-orang yang mengikutiku berada di atas bashirah’, dijelaskan oleh para ulama bahwasanya “orang-orang yang mengikutiku” diathafkan (istilah nahwu yang bermakna menghubungkan dengan kata sambung “dan”, menunjukkan kesetaraan -pent) secara marfu’ dengan maksud, yaitu aku berdakwah mengajak kepada Allah di atas bashirah, begitu pula dengan orang-orang yang mengikutiku, mereka juga berdakwah mengajak kepada Allah di atas bashirah. Ayat ini juga menunjukkan bahwasanya orang-orang yang mengikuti beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ialah para da’i yang menyeru kepada Allah di atas bashirah. Maka barangsiapa yang tidak termasuk diantara mereka, ia bukanlah pengikut Nabi secara hakiki, melainkan hanya sebatas penyandaran dan pengakuan belaka.”
b.    Allah Ta’ala memuji para da’i yang menyeru kepada kebaikan, dengan istilah tidak ada perkataan yang paling baik dari perkataan mereka. Allah Ta’ala berfirman, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushilat : 33)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam tafsirnya mengenai ayat tersebut, “Maka para da’i tersebut memberi manfaat kepada dirinya dan orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bukanlah termasuk golongan ini orang-orang yang menyeru kepada yang ma’ruf akan tetapi tidak mengerjakannya, atau mencegah dari yang munkar akan tetapi ia sendiri mengerjakannya. Akan tetapi mereka menyeru kepada kebaikan dan meninggalkan keburukan, menyeru al khalqu (makhluq) kepada al khaaliqu (penciptanya) tabaraka wa ta’ala. Seruan ini umum mencakup siapa saja yang menyeru kepada kebaikan, dan memberikan petunjuk kepada orang lain.
Beliau rahimahullah kembali menjelaskan, “Berkata Abdurrazzaq, dari Ma’mar, dari Al Hasan Al Bashri, bahwa beliau membaca ayat tersebut kemudian berkata, “Inilah kekasih Allah, inilah wali Allah, inilah manusia pilihan Allah, inilah penduduk bumi yang paling Allah cintai, Allah telah menerima dakwah mereka, dan mereka pun menyeru manusia kepada hal-hal yang Allah ridhai, dan mereka beramal shalih, dan berkata ‘Sesungguhnya kami hanyalah termasuk dari golongan orang-orang muslimin’, inilah khalifah Allah”
c.     Orang-orang yang berdakwah kepada Allah, mereka adalah golongan yang memperoleh kemenangan dan keberuntungan di hari ketika manusia berkumpul dalam keadaan ada yang bahagia dan ada yang sedih. Allah Ta’ala berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Ashr :1-3).
Maka orang-orang yang beruntung ialah mereka yang beriman kepada Allah baik sebagai Rabb Pencipta alam semesta, maupun sebagai Ilah yang berhak diibadahi semata, dan beramal shalih yaitu amal yang dikerjakan ikhlas karena Allah semata, dan sesuai dengan petunjuk Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian bersegera dalam menyempurnakan dan memperbaiki orang lain dengan menyeru manusia kepada al haq, yaitu setiap yang disyariatkan oleh Allah, kemudian bersabar di atas al haq tersebut, baik bersabar ketika mengerjakan ketaatan, bersabar dalam menjauhi keburukan, dan bersabar ketika ditimpa musibah.
Kebalikan dari golongan yang beruntung adalah yang merugi, diantara mereka terdapat golongan yang merugi secara mutlaq, yaitu orang kafir, dan ada pula orang-orang yang tingkat kerugiannya berada di bawahnya yaitu orang-orang yang bertauhid namun bermaksiat. Mereka akan diadzab sesuai dengan kadar kemaksiatan yang mereka perbuat. Tidak ada khilaf dalam masalah ini selain golongan Khawarij, Mu’tazilah, dan Murji’ah. (mohon Ustadz tambahkan penjelasan tentang pandangan Khawarij, Mu’tazilah, dan Murji’ah dalam masalah ini)
d.    Pahala dakwah ilallah akan memberi manfaat yang terus menerus, selama Allah berkehendak, dan tidak terputus dengan kematian sebagaimana dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, “Jika manusia mati terputuslah darinya amalnya kecuali tiga hal : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya” (HR. Muslim). Maka ilmu yang disebarkan oleh seorang da’i dalam rangka menyeru kepada Allah, baik melalui majelis ta’lim, atau ketika bergaul dengan manusia, pahalanya akan senantiasa mengalir dan memberikan manfaat hingga hari kiamat kelak.
e.     Allah Ta’ala menjadikan seluruh makhluq di langit dan bumi, semuanya memohonkan ampun bagi para da’i ilallah, sampai ikan-ikan di lautan sekalipun. Inilah ganjaran atas amalan mereka menyebarkan ilmu yang merupakan warisan para Nabi, sesuai dengan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya orang yang berilmu akan dimintakan ampun oleh penduduk langit dan bumi, hingga ikan-ikan di lautan turut memohonkan ampun bagi mereka
f. Allah Ta’ala menetapkan pahala bagi para da’i ilallah, pahala yang besarnya semisal dengan mereka yang meneladani para da’i tersebut dalam kebaikan, tanpa mengurangi pahala orang yang melakukannya. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memelopori suatu kebaikan (yang telah ada contohnya dari Nabi -pent) dalam Islam, baginya pahala semisal dengan orang yang melakukannya, tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang diperoleh orang yang melakukan tersebut”. Dalam hadits lainnya, beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan baginya pahala yang semisal dengan orang yang melakukan kebaikan tersebut”

Sabtu, 04 Juni 2011

Sekapur sirih MNC

MNC Hadir kembali

1.      Nama Organisasi
MERANTI NASYID CENTER (MNC) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
2.      Tempat dan waktu di bentuk           :
1.      MNC didirikan di Selatpanjang, Tanggal 25 Desember  2010
       Deklarasi Tanggal : 4 Januari 2011

3.   Alamat Sekretariat/Daerah           :  Jln. Bakti selatpanjang timur Kec. Tebing Tinggi Kab.Kep.Meranti
      No  Telp                                        : -
      Hp. Ketua                                      :  
1.      MNC  Pusat                       : 0852 6546 2891

4.   Tokoh Pendiri                                 :
1.      Edi Amin, S.Pd.I (Anggota DPRD Kab. Kepulauan Meranti)
2.      Muhammad Syafi’I, S.Psi ( Mantan Ketua Umum Asosiasi Nasyid Nusantara Provinsi Riau 2009)
3.      Slamet Fitriadi (Tim Nasyid Sanubari)
4.      Muzakir ( Tim Nasyid Tuah)
5.      Heri Sabri (Tim Nasyid Gema Voice)
6.      Abdul Manaf ( Tokoh Masyarakat Pencinta Nasyid)
5. Dasar Pembentukan              :
    1. Keinginan sekelompok orang dari berbagai unsur Nasyid yang kemudian menamakan diri sebagai Dewan Pendiri dan persiapan pendeklarasian MNC untuk meletakkan Nasyid sebagai seni alternative di Indonesia khususnya di Kab. Kepulauan Meranti
    2. Telah banyaknya bermunculan beberapa forum Nasyid di berbagai Forum Nasyid di berbagai sekolah dan remaja serta pemuda di Kabupaten Kepulauan Meranti.
    3. Perlunya penyebaran dakwah Islam melalui Nasyid sebagai bagian dari kegiatan dakwah keseluruhan yaitu menyiapkan masyarakat untuk menerima tegaknya nilai Islam.
    4. Adanya krisis eksistensi nasyid, dengan sedikitnya munsyid yang muncul kepermukaan sehingga nasyid masih belum memilki tempat yang baik di dunia musik Indonesia.
    5. Pelunya dibuat wadah tempat berkumpul, berkomunikasi, saling mendukung, saling menyukseskan bagi segenap unsur nasyid yang ada agar dihasilkan suatu system yang terarah, efektif, dan efisien dalam mencapai suatu tujuan.

 

Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pendiri MNC (Meranti NAsyid Center) tentang Pengurus MNC masa Bakti 2011 – 2013


Dewan Penasehat                          : Drs. Masrul Kasmy, M.Si (Wakil Bupati Kepulauan Meranti)
                                                       Muhammad Syafi’I, S.Psi (Mantan Ketua Umum Asosiasi Nasyid Nusantara Wilayah Riau)

Dewan Pembina                           : Edi Amin, S.Pd.I (Anggota DPRD Kab. Kepulauan Meranti)
                                                   


Pengurus Harian

Ketua Umum                                :      Selamet Fitriyadi
Ketua I                                         :      Heri Sabri
Ketua II                                       :      Bambang Banusepa
Sekretaris Umum                          :      Muzakir
Bendahara Umum                         :      Abdul Manaf

Divisi –Divisi                                
Divisi Media                                 :      Muhammad Nursyahid
                                                           Ridwan
                                                          

Divisi Jaringan Kelembagaan         :      Khaidir
                                                           Muhammad Dani Mirtha

Divisi Litbang                                :      Muslim


Divisi Diklat                                  :      Zulhendri
                                                           M.Dhani Suheri

 

BEBERAPA HAL SEPUTAR NASYID YANG PERLU DIKETAHUI

BEBERAPA HAL SEPUTAR NASYID YAG PERLU DIKETAHUI:

Latar Belakang: Nasyid sudah ada sejak masa rasulullah SAW. Momen nasyid pertama kali dikumandangkan adalah ketika terjadi hijrah dari Mekah ke Madinah. Nasyid klasik yang pertama kali diperdengarkan adalah Thola’al Badru. Nasyid memiliki karakter dan memiliki ‘pakem’ yang terjaga sejak masa lalu sampai sekarang. Nasyid mulai ada di Indonesia sejak tahun 1980-an ditandai dengan kemunculan tim nasyid Tauhid lalu diikuti oleh SNADA, Harmoni, Izatul Islam dan lainnya.

Definisi: Nasyid adalah seni islam yang memiliki misi dakwah dengan penekanan pada aspek syair, munsyid (orang yang bernasyid) dan karakter keislaman lainnya

Beberapa Jenis nasyid yang berkembang di Indonesia:

Nasyid Perjuangan à Izatul Islam, Shoutul Harokah, Ar-ruhul Jadid, dll

Nasyid Fashion à SNADA, JV, Fatih, Launun (Makassar), Awan (Jateng), dll

Nasyid Langgam à Senandung Hikmah (Sumsel), Suara Persaudaraan (Jatim), dll

Nasyid Puji-pujian à Raihan, Spazy (Jabar), dll





Beberapa batasan mengenai bernasyid:

Misi dakwah

Hal ini merupakan unsur utama nasyid dengan kaidah ‘aslih nafsak wad’u ghoirok’ (perbaiki diri ajak orang lain). Nasyid tidak akan memiliki wajah aslinya kalau hanya dibawakan tanpa memahami karakter ini. Bukanlah nasyid kalau hanya sampai pada mulut saja apa yang disampaikan lewat syair nasyidnya. Bukan pula nasyid kalau hanya sekedar komposisi musik saja yang utama. Nasyid bisa berkomposisi macam-macam mulai dari dangdut sampai jaz, irama padang pasir sampai irama musik tradisional, musik etnis sampai musik dunia.

Syair

Syair memiliki peran penting yang membedakan nasyid dengan kesenian islam lainnya bahkan dengan musik religi. Syair nasyid harus memiliki nuansa mengajak (sebagaimana dakwah pada galibnya), menggugah orang untuk berhijrah dari keburukan kepada kebaikan, dari kesesatan kepada hidayah, dari kelalaian kepada ketaatan, dan dari malas-malasan kepada bersungguh-sungguh. Selain itu syair nasyid juga harus membuat orang semakin mencintai Allah, rasul, islam dan hal-hal lain yang tercakup didalamnya. Syair nasyid bisa bernuansa humanis, relijius, humanis relijius atau sosial yang kesemuanya didasari kepada ‘menuju kebaikan dan rahmat Allah’.

Munsyid

Munsyid sejatinya adalah seorang da’i yang sedang mengajak orang pada kebaikan, menjauhi kemunafikan, menjaga fitrah dan semua unsur yang terkandung dalam makna da’i (penyeru). Hal itu harus menjadi karakter, oleh karena itu kebiasaan dan perilaku seorang munsyid harus sama apakah sedang diatas panggung atau diluar panggung. Apatah lagi seorang munsyid adalah da’i di tengah masyarakatnya. Bukanlah munsyid bila diatas panggung begitu santun, turun panggung menenggak minuman keras. Bukan pula munsyid apabila diatas panggung berbaju rapih, bahkan koko taqwa begitu turun panggung pakaian metal dengan gambar dan asesorisnya yang tidak pantas/bertentangan dengan norma islam. Bukan munsyid bila kelompok akhwat diatas panggung berpakaian layaknya seorang muslimah taat, begitu turun panggung berpakaian ketat, bahkan lepas jilbab. Termasuk juga bukanlah tim nasyid apabila para munsyidnya tidak bisa menjaga norma keislamannya dengan misalnya bersalaman, apalagi bergandengan tangan dengan yang bukan muhrimnya.

Suasana

Suasana adalah kondisi yang memberikan perbedaan nasyid dengan musik lainnya atau lagu religi pada umumnya. Nasyid tidak tepat dibawakan dimana terjadi percampuran laki-laki dan perempuan dalam rangka kemaksiatan kepada Allah. Pesta dansa disertai minuman keras, bar-bar, klub malam bukan tempat dan suasana yang cocok bagi nasyid untuk ditampilkan. Nasyid tidak boleh bersifat melenakan sehingga membuat orang lupa diri dan hanya teringat kepada pemunsyid ketimbang makna nasyid yang dibawakannya. Sejalan dengan ini maka bukanlah nasyid kalau antara tim nasyid laki-laki dan perempuan dikompetisikan satu sama lain. Apalagi kalau satu tim terdiri dari perempuan dan laki-laki karena pastilah ini bukan kelompok nasyid.

Demikianlah beberapa hal seputar nasyid yang patut dipahami oleh siapa saja yang ingin masuk kedalam komunitas nasyid. Semoga bisa dimaklumi.

By : Asosiasi Nasyid Nusantara disadur kembali Oleh MNC (Meranti NAsyid Center) Production


Maroji/Referensi:

Seni dalam Pandangan Islam, Abdurrahman Al-baghdadi

Kesenian dalam Islam, DR. Yusuf Al-Qordowi

Membangun masyarakat madani, DR. Yusuf Al-Qordowi

Fatwa-fatwa kontemporer, DR. Yusuf Al-Qordowi

Rabu, 01 Juni 2011

APA ITU NASYID ?


APA ITU NASYID ?

Oleh : RIDWAN


Seni atau kesenian memiliki banyak bidang. Salah satunya adalah seni suara . Kaum muslimin—utamanya para ahli seni Islam, ulama, penyair Islam, aktivis gerakan Islam—adalah pihak yang paling gigih dalam berupaya menghadirkan ruh Islam dalam pentas seni suara .

Jika kita tarik jauh ke belakang , sesungguhnya upaya kreatif menghadirkan ruh Islam pada dunia senia suara, sesungguhnya telah berlangsung sejak masa Rasulullah . Syair "thola’al badru ‘alaina…"(telah muncul rembulan di tengah kami…) -- yang kini kerap dinyanyikan oleh tim qosidah dan majelis ta’lim, adalah syair yang dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan Rasulullah SAW untuk pertama kali ke Madinah.

Upaya kreatif tersebut terus berlangsung hingga kini. Perkembangan , warna, tema yang mengisi seni suara tersebut tak dapat dilepaskan dengan situasi dan kondisi zaman yang mengitarinya. Misalnya saja seni suara Islam yang lahir di Timur Tengah , yang banyak mengumandangkan pesan-pesan jihad Palestina, perlawanan terhadap Yahudi-Israel dan kesyahidan, karena itulah latar situasi politik yang tengah mereka hadapi di depan mata mereka. Seni suara tersebut terkenal dengan sebutan Nasyid Islam (Senandung Islam).

Fenomena Nasyid tersebut juga berimbas ke Indonesia sekitar era 80-an. Lagu-lagu asli bahasa Arab dinyanyikan oleh pemuda-pemuda Indonesia. Namun kini perkembangan kelompok Nasyid Indonesia telah mampu mengarang Nasyid berbahasa Indonesia dengan tema-tema lagunya yang semakin meluas (tidak hanya tema jihad dan kesyahidan) , dipengaruhi oleh situasi kondisi kemasyarakatan yang mengitari masyarakat Indonesia. Upaya kelompok nasyid Indonesia -- yakni kelompok nasyid Snada, Suara Persaudaraan, Izatul Islam, Asyabab, Harmoni Voice, Sam Abdullah , Bijak, dan lain-lain --tersebut telah mengahasil lebih dari 10 kaset , yang beredar di kalangan Remaja Masjid , Rohis SMA dan Kampus. Oleh karenanya tak heran kalau kegiatan keislaman Remaja Masjid , Rohis SMA dan Kampus kerap diselingi dengan penampilan tim-tim nasyid.

Trend tersebut, sekalipun masih berusia + satu dasawarsa, agaknya telah menunjukkan gairah yang luar biasa. Agaknya sambutan antusia tersebut beriring dengan munculnya kesadaran berislam di kalangan sebagian remaja dan pemuda-pemudi Islam . Sehingga merekapun mencari penyaluran gairah seni suaranya kepada jenis senia suara yang ber-ruh Islam.

Satu aspek yang memang harus kita terus tumbuh kembangkan, apalagi mengingat sinyalemen kerusakan moral dan penyalah gunaan obat di sebagain "ABG" dan pemuda/i kita.
sumber:cybernasyid.com
MeRanTi NaSyiD cEnTeR
MusicPlaylistView Profile